Wednesday, February 18, 2015

Tekanan Darah rendah Dapat Mengurangi Risiko Stroke

Sebuah studi baru menunjukkan, menjaga angka dalam membaca tekanan darah di bawah 140 membantu mengurangi risiko stroke.

Temuan menantang sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu dalam Journal of American Medical Association 2014 mengatakan bahwa dokter harus membaca tekanan darah 150/90 mmHg atau lebih rendah untuk pasien usia 60 tahun keatas yang tidak memiliki penyakit diabetes atau penyakit ginjal kronis. Tekanan darah diatas ("sistolik") mempunyai 10 poin lebih tinggi dibandingkan rekomendasi sebelumnya (140) ini memicu kontroversi di kalangan medis.

"Tekanan darah tinggi adalah faktor yang tidak dapat dipungkiri dapat mempengaruhi risiko stroke, salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan," menurut penulis utama, Chuanhui Dong, di University of Miami Miller School of Medicine, dalam sebuah rilis berita American Stroke Association.

"Pengurangan tekanan darah agar angka sistolik di bawah 140 itu penting dalam pencegahan stroke primer, pada mereka yang berusia 60 tahun keatas tanpa diabetes atau penyakit ginjal kronis," kata Dong.

Studi baru melibatkan lebih dari 1.700 warga New York City dengan usia 60 tahun keatas, dan rata-rata usia mereka adalah 72 tahun. Tak satu pun dari mereka memiliki diabetes, penyakit ginjal atau menderita stroke. Tapi sekitar 40 persen dari peserta memakai obat penurun tekanan darah. 20% peserta memiliki tekanan darah sistolik antara 140 dan 149, sedangkan 37% peserta memiliki angka sistolik lebih dari 150 mmHg. 

Risiko stroke pertama 70% lebih tinggi pada mereka dengan angka sistolik 140-149 mmHg. Stroke 80% lebih tinggi bagi mereka dengan pembacaan angka sistolik diatas 150 mmHg.

Para ahli memperingatkan bahwa peningkatan ambang batas untuk jumlah sistolik 150 mmHg untuk orang-orang yang sehat, tambah Dong.

Para peneliti di balik studi baru juga menemukan bahwa menjaga tekanan darah sistolik lebih rendah mungkin sangat penting dalam mencegah stroke pada Hispanik, kulit hitam dan wanita, meskipun para peneliti mencatat jumlah orang kulit hitam dan kulit putih yang termasuk dalam penelitian ini adalah kecil.

Dibandingkan dengan mereka dengan pembacaan sistolik dibawah 140 mmHg, risiko stroke pertama adalah 2,4 kali lebih besar dalam Hispanik dengan pembacaan 140-149 mmHg. Untuk kulit hitam dengan pembacaan 140-149 mmHg, risiko stroke pertama adalah 2x lebih tinggi daripada mereka dengan pembacaan di bawah 140 mmHg.

Pada wanita dengan tekanan darah sistolik 140-149 mmHg, risiko stroke pertama hampir 2x lebih tinggi. Sementara pria, mereka yang memiliki tingkat 140-149 mmHg mempunyai risiko 34% lebih mungkin menderita stroke dibandingkan dengan mereka yang mempunyai tingkat sistolik di bawah 140 mmHg.

Hasil penelitian telah dijadwalkan dan akan dipresentasikan Rabu pada pertemuan tahunan American Association Stroke di Nashville. Temuan penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan umumnya dipandang sebagai awal sampai mereka terbitkan dalam jurnal peer-review.

SUMBER: American Stroke Association, siaran pers, 11 Februari 2015

0 comments:

Post a Comment