Thursday, February 19, 2015

Pengkajian Fetal


A.      Pengkajian fetal
1.      NON STRESS TEST (NST)
a.      Pengertian
Batasan : cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.

b.      Fungsi
1)  Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD).
2)    Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
3)  Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

c.       Patofisiologi
Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan menghasilkan akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.

d.      Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1)      Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2)      Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3)      Dipasang kardio dan tokodinamometer
4)      Frekuensi jantung janin dicatat
5)      Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6)      Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7)    Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8)    Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
e.       Indikasi
   Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta
f.       Komplikasi
   Hipertensi ortostatik
g.      Cara Membaca
Pembacaan hasil :
a.     Reaktif, bila :
1.     Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
2.     Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
3.   Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
4.   Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5.   Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu

b.     Tidak reaktif, bila :
1)     Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
2)     Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
3)     Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
4)  Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)

c.       Sinusoidal, bila :
1)         Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
2)         Tidak ada gerakan janin
3)      Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

d.    Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a.    Bradikardi
b.   Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan  1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion  hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG).


2.      Amniosintesis
Amniosintesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion. Di dalam cairan amnion terdapat sel fetal (kebanyakan kulit janin) yang dapat dilakukan analisis kromosom, analisis biokimia dan biologi. Ultrasonografi digunanakan untuk memastikan posisi kandungan, plasenta, dan janin serta jumlah cairan amnion yang mencukupi.
Manfaat pemeriksaan amniosintesis antara lain :
1.   Mengetahui kelainan bawaan (Syndrome down,dll)
2.   Mengetahui jenis kelamin bayi.
3.   Mengetahui tingkat kematangan paru janin.
4.   Mengetahui ada tidaknya infeksi cairan amnion.

           Tes ini diutamakan untuk  wanita hamil yang berisiko tinggi, yaitu :

a.         Wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan kelainan genetik.
b.        Wanita berusia di atas 35 tahun.
c.      Wanita yang memiliki hasil tes yang abnormal terhadap sindrom down pada trimester pertama kehamilan.
d.        Wanita dengan kelainan pada pemeriksaan USG
e.         Wanita dengan sensitisasi Rh.

Risiko Amniosintesis
a.         Kebocoran atau infeksi terhadap air ketuban
b.        Jarum menyentuh bayi
c.         Kelahiran prematur
d.        Keguguran

Pemeriksaan
1.        Ibu  berbaring telentang
2.        Perut ibu dibersihkan
3.      Dokter menggunakan ultrasonografi untuk melihat bayi,  dan untuk mencari area yang aman dalam air ketuban. Ultrasonografi adalah gambar dari bayi Anda yang ditangkap dengan menggunakan gelombang suara.
4.     Kemudian jarum dimasukkan ke dalam uterus untuk mengambil cairan amnion.
5.     Dokter mengambil sejumlah kecil cairan kemudian mengeluarkan jarum. Jarum berada di dalam selama kurang dari 1 menit
6.     Sebuah layar diletakkan di sebelah perut ibu selama 15-30 menit untuk memantau detak jantung bayi .
7.        Hasil pemeriksaan bisa didapatkan dalam waktu sekitar 2 minggu
Amniosentesis dini
1.        Pemeriksaan dilakukan antara usia gestasi 11 sampai 14 minggu.
2.        Cairan yang diambil lebih sedikit 1 mL per setiap minggu gestasi.
3.        Risiko keguguran  dan komplikasi lebih tinggi.

Amniosentesis trimester kedua
1.        Untuk diagnostik genetik biasanya dilakukan pada usia gestasi 15-20 minggu.
2.        Tindakan dipandu dengan bantuan USG realtime
3.       Jarum spinal no. 20 sampai 22 dimasukkan ke dalam kantong amnion, sambil menghindari plasenta, tali pusat dan janin.
4.        Cairan yang diambil sebanyak 20 mL
5.      Jarum dikeluarkan dan diamati apakah ada perdarahan pada bekas tusukan jarum
6.      Risiko yg dpt terjadi : Trauma janin/maternal,  Infeksi , Abortus/persalinan prematur
Kesimpulannya, amniosintesis pada umumnya aman dan dapat dipercaya, tetapi tetap tidak bebas sama sekali dari faktor risiko. Penting sekali untuk digunakan dengan selektif dan tetap dijelaskan kepada pasangan pasien yang menginginkannya.


0 comments:

Post a Comment