PURE KNOWLEDGE

Temukan kebahagiaan dalam hidup ini dengan berbagi.

BABY CARE

Dalam kehidupan kita ada satu warna seperti palet seorang pelukis; yang memberi makna kehidupan dan seni | Ini adalah warna cinta.

SENAM IBU HAMIL

Diantaranya ada senam kegel, berjalan kaki, senam jongkok, merangkak dan pose tailor.

VERNIKS CASEOSA

Verniks Caseosa membantu bayi agar tetap hangat.

PLASENTA

Sisi Maternal plasenta dengan lilitan tali pusar.

HERBAL BATH

Mandikan bayi dengan penuh Cinta.

DONOR ASI

Ayo bantu AIMI memerangi pemasaran susu formula yang tidak etis di Indonesia.

Friday, July 8, 2011

Sectio Caesaria

Ada beberapa pengertian mengenai sectio caesaria :

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

askep-scJadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

Indikasi Sectio Caesaria

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )

Indikasi sectio caesaria pada Ibu

Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )

Disfungsi uterus

Distosia jaringan lunak

Plasenta previa

His lemah / melemah

Rupture uteri mengancam

Primi muda atau tua

Partus dengan komplikasi

Problema plasenta

Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak

Janin besar

Gawat janin

Janin dalam posisi sungsang atau melintang

Fetal distress

Kalainan letak

Hydrocephalus

Kontra Indikasi Sectio Caesaria :

Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat  sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991)

Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis

SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

  • Mengeluarkan janin dengan cepat
  • Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
  • Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

  • Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
  • Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
  • SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

  • Penjahitan luka lebih mudah
  • Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
  • Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
  • Perdarahan tidak begitu banyak
  • Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

  • Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri  pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
  • Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar, Rustam, 1992) :

1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

Prognosis Operasi Sectio Caesarea

Pada Ibu

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.

Pada anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 hingga 7 %. (Sarwono, 1999).

Komplikasi Operasi Sectio Caesarea

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1. Infeksi puerperal ( Nifas )

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2. Perdarahan

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

- Perdarahan pada plasenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi

4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

Pemeriksaan Diagnostik

Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

Pemantauan EKG

JDL dengan diferensial

Elektrolit

Hemoglobin/Hematokrit

Golongan darah

Urinalisis

Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

Ultrasound sesuai pesanan

(Tucker, Susan Martin, 1998)

Asuhan Keperawatan Sektio Caesaria

1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan

output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi:

a.Kaji kondisi status hemodinamika.

R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah.

b.Ukur pengeluaran harian.

R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian.

c.Berikan sejumlah cairan pengganti harian.

R/ Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif.

d.Evaluasi status hemodinamika.

R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan: Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi:

a.Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.

b.Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum.

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.

c.Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klien secara optimal.

d.Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.

e.Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

R/ Menilai kondisi umum klien.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi:

a.Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.

R/ Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala

maupun dsekripsi.

b.Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.

c.Ajarkan teknik distraksi.

R/ Pengurangan persepsi nyeri.

d.Kolaborasi pemberian analgetika.

R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, luka post operasi.

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka

operasi.

Intervensi:

a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.

R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

b.Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

c.Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

d.Lakukan perawatan luka.

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

e.Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.

R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

Daftar Pustaka

Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.

Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.

Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Thursday, July 7, 2011

askeb neo – TRAUMA KELAHIRAN PADA BAYI BARU LAHIR




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
a. Kelainan yang terjadi pada kelahiran cunam/vakum biasanya disebabkan oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi.
1. Kelainan Perifer
1) Molding
2) Kaput suksedanum
3) Sefalhematum
4) Perdarahan subaponeurosis
5) Kerusakan saraf perifer
6) Trauma pada kulit
7) Perdarahan subkojungtiva
8) Perdarahan retina
2. Kelainan Sentral
1) Iritasi sentral
2) Perdarahan/gangguan sirkulasi otak
3. Keluhan dengan seksio sesarea
4. Kelainan presentasi bokong
5. Kelahiran presentasi muka
6. Kelahiran letak lintang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan trauma lahir.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami trauma kelahiran pada bayi baru lahir khususnya
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian baik secara subyektif maupun obyektif pada bayi baru lahir dengan trauma lahir
3. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan mengidentifikasi perlunya segera untuk melakukan kolaborasi maupun rujukan ke instalasi yang lebih tinggi
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan trauma kelahiran khususnya.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan rencana yang telah diuraikan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
1.3 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan merupakan cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah, dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka melalui referensi-referensi yang ada di perpustakaan kampus maupun rumah sakit.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Menguraikan latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori
Menguraikan konsep dasar bayi baru lahir dengan trauma lahir meliputi definisi, etiologi, gambara klinis, prognosis, penanganan pasien dan penyulit yang diderita pasien.
BAB III : Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data subyektif dan obyektif, analisa data, assesment/diagnosa, planning, implementasi, serta evaluasi.
BAB IV : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus, serta saran dan untuk makalah asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Trauma atau Cedera Kelahiran
Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan atau kelahiran (IKA, Jilid I).
Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah, tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli yang terlatih.
Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.
Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.
2.1.1 Perlakuan Pada Susunan Syaraf
2.1.1.1 Paralis Pleksus Brakialis
Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :
a. Paralisis Erb-Duchene
Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.
Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.
Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.
b. Paralisis Klumpke
Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.
Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom HORNER yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.
Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.
c. Paralisis Nervus Frenikus
Trauma lahir saraf frenikus terjadi akibat kerusakan serabut saraf C3, 4, 5 yang merupakan salah satu gugusan saraf dalam pleksus brakialis. Serabut saraf frenikus berfungsi menginervasi otot diafragma, sehingga pada gangguan radiologik, yang menunjukkan adanya elevasi diafragma yang sakit serta pergeseran mediastinum dan jantung ke arah yang berlawanan. Pada pemeriksaan fluoroskopi, disamping terlihat diafragma yang sakit lebih tinggi dari yang sehat, terlihat pula gerakan paradoksimal atau seesawmovements pada kedua hemidiafragma. Gambaran yang akan tampak adalah waktu inspirasi diafragma yang sehat bergerak ke bawah, sedang diafragma yang sakit bergerak ke atas, gambaran sebaliknya tampak pada waktu ekspirasi. Pada pemeriksaan fluoroskopi terlihat mediastinum bergeser ke posisi normal pada waktu inspirasi.
Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum bayi. Bayi diletakkan miring ke bagian yang sakit, disamping diberikan terapi O2. Pemberian cairan Intra Vena pada hari-hari pertama dapat dipertimbangkan bila keadaan bayi kurang baik atau dikhawatirkan terjadinya asidosis. Jika keadaan umum telah membaik, pemberian minum per oral dapat dipertimbangkan. Pada kasus demikian perlu pengawasan cermat kemungkinan pneumonia hipostatik akibat gangguan fungsi diafragma pada bagian yang sakit. Pemberian antibiotik sangat dianjurkan bila gangguan pernafasan terlihat berat atau kelumpuhan saraf frenikus bersifat bilateral, maka dapat dipertimbangkan penggunaan ventilator. Penggunaan pacu elektrik diafragma dapat digunakan dianjurkan bila sarana memungkinkan serta kontraksi otot diafragma cukup baik. Tindakan bedah dapat dilakukan bila saat nafas sangat berat atau sesak nafas bertambah berat walaupun telah dilakukan pengobatan konservatif yang memadai. Walupun bayi tidak menunjukkan gejala sesak berat tetapi pada pemeriksaan radiologi, 3 – 4 bulan kemudian fungsi hemidiafragma yang sakit tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, maka perlu dipikirkan terhadap kemungkinan tindakan bedah.
d. Kerusakan Medulla Spinalis
Gejala tergantung bagian mana dari medulla spinalis yang rusak, dijumpai gangguan pernafasan, kelumpuhan kedua tungkai dan retensiourin. Hal ini dapat terjadi letak sungsang, presentasi muka dan dahi, atau pada distosia persalinan, disebabkan tarikan, hiperfleksi, atau hiperekstensi yang berlebihan. Penanganan dengan berkonsutasi pada bagian Neurologi.
e. Paralisis Pita Suara
Terjadi kerusakan pada cabang lain n. vagus menyebabkan gangguan suara (afonia), stridor inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan. Hal ini disebabkan tarikan, hiperfleksi atau hiperekstensi yang berlebihan di daerah leher sewaktu persalinan. Kelainan ini dapat menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu tetapi pada yang berat memerlukan penanganan khusus seperti trakeostomi.
2.1.2 Fraktur (Patah Tulang)
a. Fraktur Tulang Tengkorak
Jarang terjadi karena tulang tengkorak bayi masih cukup lentur dan adanya daya molase pada sutura tulang tengkorak. Trauma ini biasanya ditemukan pada kesukaran melahirkan kepala bayi yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang keras pada kepala bayi oleh tulang pervis ibu. Kemungkinan lain terjadinya trauma ini adalah pada kelahiran cunam yang disebabkan oleh jepitan keras umumnya berupa fraktur linier atau fraktur depresi, fraktur basis kranu jarang terjadi.
Pada fraktur linier, secara klinis biasanya disertai adanya hematoma sefal didaerah tersebut. Umumnya tingkah laku bayi terlihat normal saja kecuali bila fraktur linier ini disertai perdarahan ke arah subdural atau subarachnoid. Diagnosa fraktur atau fisura linier tanpa komplikasi tidak memerlukan tindakan khusus, tetapi pemeriksaan ulang radiologik perlu memerlukan 4 – 6 minggu kemudian untuk meyakinkan telah terjadinya penutupan fraktur linier tersebut, di samping untuk mengetahui secara dini kemungkinan terjadinya kista leptomeningeal di bawah tempat fraktur. Prognosis fraktur linier baik, biasanya akan sembuh sedini dalam beberapa minggu. Bila terjadi komplikasi seperti kista. Pengobatan oleh bidang bedah syaraf harus dilakukan sedini mungkin.
Fraktur depresi secara klini jelas terlihat teraba adanya lekukan pada atap tulang tengkorak bayi. Trauma lahir ini lebih sering ditemukan pada kelahiran dengan cunam. Fraktur depresi yang kecil tanpa komplikasi atau tanpa gejala neurologik biasanya akan sembuh sendiri tanpa tindakan, tetapi memerlukan observasi yang terliti. Pada lekukan yang tidak terlalu lebar tanpa gejala neurologik, beberapa cara sederhana dapat dilakukan untuk mengangkat lekukan tersebut, seperti teknik penekanan pinggir fraktur atau dengan pemakaian pompa susu ibu sebagai alat vakum pada lekukan tersebut. Pada fraktur depresi yang besar, apalagi jika disertai adanya trauma intrakranial dan gejala kelainan neurologik, perlu dilakukan intervensi bedah syaraf untuk mengangkat lekukan tulang guna mencegah kerusakan korteks serebri akibat penekanan lekukan tulang. Prognosis fraktur depresi umumnya baik bila tindakan pengobatan yang perlu dapat segera dilaksanakan.
b. Fraktur Tulang Klavikula
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.
Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini ditemukan 1 – 2 minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus.
1. Gejala Klinis
Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis greenstick adalah :
1) Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama
2) Refleks moro asimotris
3) Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula
4) Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
2. Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula
1) Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembentukan kalus.
2) Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi pergelangan siku 900.
3) Umumnya dalam waktu 7 – 10 hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukan kalus telah terjadi.
c. Fraktur Tulang Humerus
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
1. Gejala Klinis
1) Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2) Refleks moro asimetris
3) Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4) Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
2. Pengobatan trauma lahir fraktur tulang humerus
1) Imobilisasi selama 2 – 4 minggu dengan fiksasi bidai
2) Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik.
3) Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
d. Fraktur Tulang Femur
Umumnya fraktur pada kelahiran sungsang dengan kesukaran melahirkan kaki. Letak fraktur dapat terjadi di daerah epifisis, batang tulang leher tulang femur.
1. Gejala Klinis
1) Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang dan asimetris.
2) Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
2. Pengobatan fraktur tulang femur
1) Imobilisasi tungkai bawah dengan jalan fiksasi yang diikuti oleh program latihan
2) Dirujuk ke bagian bedah tulang
2.1.3 Perlakuan Jaringan Lunak Bayi Baru Lahir
1. Kaput Suksedaneum
Kaput suksedaneum merupakan benjolan yang difus dikepala terletak pada prosentasi kepala pada waktu bayi lahir.
Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi-kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.
Gambaran klinisnya, benjolan kaput berisi cairan serum dan sering bercampur sedkit darah. Secara klinis benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema tekan.
Kaput suksedaneum dapat terlihat segera setelah bayi lahir dan akan hilang sendiri dalam waktu dua sampai tiga hari umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus.
2. Sefalohematoma
Sefalohematoma merupakan suatu perdarahan subperiostal tulang tengkorak berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melewati sutura.
Sefalohematoma timbul pada persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. Akibatnya timbul timbunan darah di daerah subperiost yang dari luar terlihat sebagian benjolan.
Secara klinis benjolan Sefalohematoma benbentuk benjolan difus, berbatas tegas, tidak melampaui sutura karena periost tulang berakhir di sutura. Pada perabaan teraba adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang letaknya dirongga subperiost yang terjadi ini sifatnya perlahan-lahan benjolan timbul biasanya baru tampak jelas beberapa jam setelah bayi lahir (umur 6 – 8 jam) dan dapat membesar sampai hari kedua atau ketiga. Sefalohematoma biasanya tampak di daerah tulang perietal, kadang-kadang ditemukan ditulang frontal. Benjolan hematoma sefal dapat bersifat soliter atau multipel.
Sefalohematoma pada umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus. Biasanya mengalami resolusi sendiri dalam 2 – 8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Sefalohematoma jarang menimbulkan perdarahan masif yang memerlukan transfusi, kecuali pada bayi yang mempunyai gangguan pembekuan. Pemeriksaan radiologik pada hematoma sefal hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada hematoma sefal yang terlalu besar disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.
3. Perdarahan Subafoneurosis
Perdarahan subafoneurosis merupakan perdarahan masif dalam jaringan lunak di bawah lapisan aponeurosis epikranial. Trauma lahir ini sering disebut pula sebagai “hematoma sefal subaponeurosis”.
Perdarahan ini disebabkan karena pecahnya pembuluh vena emisaria. Perdarahan timbul secara perlahan dan mengisi ruang jaringan yang luas, sehingga benjolan trauma lahir ini biasanya baru terlihat setelah 24 jam sampai hari kedua pasca lahir. Pada perdarahan yang cepat dan luas, benjolan dapat teraba 12 jam setelah bayi lahir. Pada umumnya bayi lahir dengan letak kepala yang tidak normal atau kelahiran dengan tindakan misalnya tarikan vakum berat.
Pada benjolan yang luas perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan sistem pembekuan. Bayi perlu mendapat vitamin K. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan yang luas. Dalam keadaan ini mungkin dapat timbul renjatan akibat perdarahan. Pengobatan dalam keadaan ini berupa pemberian transfusi darah. Komplikasi lain adalah kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia akibat resorpsi timbunan darah.
4. Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus
Adalah suatu hematoma (tumor yang dijumpai pada otot sternokleidomastoideus). Trauma ini sering disebut pula sebagai “tortikolis” otot leher.
Diduga trauma terjadi akibat robeknya sarung otot sternokleido-mastoideus. Perobekan ini menimbulkan hematoma, yang bila dibiarkan akan diikuti pembentukan jaringan fibrin dan akhirnya akan menjadi jaringan sisa. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa dasar kelainan ini telah dijumpai sejak kehidupan intrauterin sebagai gangguan pertumbuhan otot tersebut atau pengaruh posisi fetus intrauterin.
Secara klinis, umumnya benjolan baru terlihat 10 – 14 hari setelah kelahiran bayi. Benjolan terletak kira-kira dipertengahan otot sternokleido-mastoideus. Pada perabaan teraba benjolan berkonsistensi keras dengan garis tengah 1 – 2 cm, berbatas tegas, sukar digerakkan dan tidak menunjukkan adanya radang. Benjolan akan membesar dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian. Akibatnya posisi kepala bayi akan terlihat miring ke arah bagian yang sakit, sedangkan dagu menengadah dan berputar ke arah yang berlawanan dari bagian yang sakit.
Pengobatannya dilakukan sedini mungkin dengan latihan fisioterapi. Tujuan latihan ini adalah untuk meregangkan kembali otot yang sakit agar tidak terlanjur memendek. Dengan pengobatan konservatif yang dilakukan dini dan teratur, benjolan akan hilang dalam 2 – 3 bulan.
5. Perdarahan Subkunjungtiva
Adalah salah satu trauma lahir dibola mata yang dapat dilihat dari luar adalah perdarahan subkunjungtiva.
Hal ini terjadi akibat dari persalinan kala II lama atau akibat dari lilitan talipusat yang erat di daerah leher.
Perdarahan ini ditandai dengan bercak merah di daerah konjungtiva, bulbi. Perdarahan dapat dijumpai pada kelahiran spontan letak kepala, walupun akan lebih sering terlihat pada kelahiran letak muka, atau letak dahi.
Pengobatan khusus umumnya tidak diperlukan. Bercak merah didaerah sklera ini umumnya akan hilang sendiri dalam waktu 1 – 2 minggu. Pada waktu proses penyembuhan, bercak tersebut akan mengalami absorpsi dan akan berubah warna menjadi jingga dan kuning. Bila perdarahan sub konjungtiva cukup besar dan dalam riwayat kelahiran bayi ditemukan kesukaran dalam mengeluarkan kepala, maka perlu dipikirkan pula kemungkinan adanya perdarahan yang lebih dalam di bola mata.
6. Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis
Trauma lahir ini akan lebih banyak ditemukan pada bayi besar yang mengalami kesukaran pada waktu kelahirannya serta banyak mengalami manipulasi. Trauma ini dapat terlihat pula pada daerah yang mengalami tekanan keras dijaringan kulit dan subkutis, misalnya oleh daun cunam.
Adanya iskemia lokal yang disertai hipoksia atau keadaan hipotensi akan mempermudah kemungkinan terjadinya jenis trauma lahir tersebut.
Gejala klinis ditandai dengan adanya benjolan yang mengeras dijaringan kulit dan subkutis, berbatas tegas dengan permukaan kulit yang berwarna kemerahan. Benjolan pada minggu pertama, tetapi dapat pula sampai minggu ke enam. Lokasi benjolan sering ditemukan ditempat beralaskan keras seperti didaerah pipi, punggung leher, pantat, atau ekstremitas atas dan bawah.
Trauma lahir ini tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya akan hilang sendiri dalam enam sampai delapan minggu.
7. Eritema, Petekie dan Ekumosis
Eritemia sering terlihat pada bayi yang mengalami disproporsi sefola-peink. Trauma ini terlihat di daerah presentasi kelahiran. Di daerah tersebut kulit berwarna merah. Trauma jenis ini dapat ditemukan pula pada kelahiran dengan cunam, terlihat kulit berwarna merah di daerah yang mengalami jepitan daun cunam.
Petekie terlihat sebagai bercak merah kecil-kecil dipermukaan kulit. Kejadian ini disebabkan adanya gangguan aliran darah perifer akibat suatu bendungan. Pada kejadian ini, disamping petekie sering terlihat pula seluruh muka bayi menjadi biru yang memberi kesan seolah-olah bayi mengalami sianosis yang disebut sebagai “Sianosis traumatik”.
Ekimosis merupakan trauma lahir berbentuk perdarahan yang lebih luas dibawah permukaan kulit. Kejadian ini dapat ditemukan di daerah didaerah labia mayora, pantat atau skrotum pada lahir sungsang letak kaki atau pada lahir bayi dengan kaki atau tangan menumbang, maka jenis trauma lahir hematoma ini sering dijumpai didaerah ekstremitas yang menumbang.
Pada hematoma dan ekimosis yang cukup luas perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, khususnya pada bayi kurang bulan atau pada bayi akibat absorpsi sel darah merah di daerah trauma lahir tersebut.
Gambar 1
5726-150x150
Beberapa jenis kaput suksedameum sesuai
presentasi dan posisi kepala
Gambar 2
00046ne
Sefolohematoma ganda (perdarahan subperiostal)
DAFTAR PUSTAKAbook-032
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologis. Jakarta : EGC.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC.
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tips Menyiapkan MPASI



Panduan Menyiapkan Makanan Bayi
Kapan saat yang tepat memberikan MPASI?
Pertumbuhan bayi usia di atas 6 bulan membutuhkan asupan zat Gizi yang lebih beragam. Selain itu aktifitas fisiknya semakin meningkat serta pertumbuhan yang pesat sehingga ia memerlukan kalori dan nutrisi selain ASI, dan jumlahnya pun bertambah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada saat inilah yang tepat untuk memberikan Makanan Pendamping ASI atau MPASI.
Seperti apa MPASI itu?
Makanan Pendamping ASI  sebaiknya mengandung banyak cairan, terutama untuk bayi usia 6 bulan yang baru belajar makanan padat. Cairan didapatkan dari bahan makanan yang mengandung banyak cairan seperti pure buah, jus buah segar dan penambahan air matang atau ASI/Susu Formula. Pastikan memberi bayi makanan segar, bukan jus hasil buatan pabrik terutama yang bukan diperuntukan untuk makanan bayi.
Bagaimana memilih bahan MPASI?
Usia bayi 6-8 bulan:
Jenis buah: pepaya, pri, apel, pisang, melon dan jeruk baby
Jenis sayuran: brokoli, bayam merah/hijau, wortel dan daun kangkung
Kacang-kacangan: kacang hijau, kacang merah, kacang polong dan kedelai. Untuk beberapa jenis kacang seperti kacang merah dapat dikupas dahulu di awal pemberian.
Usia bayi 8-9 bulan:
Semua yang diberikan di usia sebelumnya, ditambah beberapa makanan sumber karbohidrat dan protein.
Sumber Karbohidrat: beras merah/putih, Jagung manis, labu kuning
Sumber protein: daging sapi dan daging ayam (pilih daging tanpa lemak), hati ayam, daging ikan tanpa duri seperti salmon, gindara, tenggiri, marlin dan kakap. Tempe dan tahu/tofu.
Bahan tambahan: yogurt bayi dan keju alami,  ada juga keju khusus bayi yang rasanya tawar serta sedikit mengandung garam.
Usia bayi 9-12 bulan:
Pada usia ini bayi dapat mulai diperkenalkan pada variasi rasa dan tekstur makanan yang beragam sehingga menambah perbendaharaan cita rasa si kecil
Sayuran berserat seperti buncis muda dan kacang kapri
Kuning telur yang dimasak hingga matang
Bahan makanan seperti makaroni, pasta dan mie. Hindari mie instan plus bumbunya karena mengandung banyak garam dan vetsin. Sebisa mungkin tidak menambahkan bumbu dan kaldu instan.
Finger food atau makanan yang dipotong-potong seukuran jari seperti apel, pir, wortel yang dapat dikukus sebentar, mentimun dan kentang goreng.
Bagaimana mengolah makanan bayi?
Banyak ragam cara pengolahan yang dapat anda ikuti. Detil pengolahan dapat dilihat di setiap resep makanan balita. Beberapa saran dan tips pengolahan standar sebagai berikut:
  • Pastikan mencuci tangan sebelum mempersiapkan makanan bayi
  • Gunakan peralatan yang disediakan khusus untuk bayi. Tak perlu yang mahal, cukup pisahkan peralatan memasak untuk bayi dengan peralatan masak untuk keluarga
  • Perhatikan kebersihan peralatan tersebut, pastikan untuk mencuci bersih peralatan masak dan makan. Peralatan makan dapat disterilisasi dahulu sebelum digunakan.
  • Bahan makanan dapat dikukus, rebus, ditim atau dimatangkan dengan microwave tergantung dari jenis makanannya
  • Untuk membuat pure buah yang halus anda dapat menggunakan food processor, atau pergunakan alat sederhana seperti penyaring teh setelah diblender dengan sedikit air.
  • Usahakan untuk mengolah bahan makanan untuk sekali makan terutama pure buah.
  • ASI atau susu formula dapat ditambahkan dalam proses pengolahan.
  • Bubur halus dapat dibuat sekaligus untuk disimpan di freezer paling lama hingga 30 hari. Wadah penyimpanan dapat menggunakan wadah es batu dan dimasukan dalam kantung plastik pembungkus. Dapat juga digunakan wadah-wadah plastik khusus makanan seukuran sekali makan. Untuk menyajikannya dapat dipanaskan dengan microwave, dengan mengukus atau cukup dipanaskan di atas kompor.
  • Hindari menyimpan makanan sisa di freezer. Sebaiknya sisa makanan dibuang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber: majalah “mother & baby”, Buku “Variasi Makanan Sehat Bayi”, Wied Harry Apriadji.www.menumakananbalita.com

Pola Makan Gizi Seimbang Bagi Bayi


Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Dibarengi dengan pola makan yang baik dan teratur yang perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan pola makan sehat pada anak.
Pola makan sehat memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Jadwal yagn disarankan adalah sebagai berikut:
* Pagi hari waktu sarapan.
* Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
* Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
* Pukul 16.00 sebagai selingan
* Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
* Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
Jangan lupa untuk membiasakan bayi dan balita menggosok gigi dua kali sehari, terutama sebelum tidur.
Pada usia balita, anak mulai memiliki daya ingat yang kuat dan tajam, sehingga apa yang diterimanya akan terus melekat erat sampai usia selanjutnya.
Dengan memperkenalkan anak pada jam-jam makan yang teratur dan variasi jenis makanan, diharapkan anak akan memiliki disiplin makan yang baik. Pola makan yang baik semestinya juga mengikuti pola gizi seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan diperoleh melalui makanan sehari-hari. Dengan makan makanan bergizi seimbang secara teratur, diharapkan pertumbuhan anak akan berjalan optimal. Disadari maupun tidak, Anda sedang mengajarkan pola hidup teratur dan sehat pada anak sejak dini.

Gizi Seimbang pada Dewasa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah yang berjudul konsep dasar gizi seimbang pada Dewasa ini sengaja dibuat untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konsep dasar untuk memenuhi gizi yang seimbang bagi orang dewasa.penting nya asupan gizi bagi orang dewasa di karenakan mereka yang mempunyai factor banyak aktifitas dalam kehidupan sehari-hari sehingga untuk penyeimbang energy yang di keluar kan butuh asupan gizi yang seimbang.juga hal ini dilakukan untuk menghindari tubuh yang kekurangan nutrisi sehingga dapat berdampak buruk bagi kesehatan nya.pada dasar nya semua mahluk hidup butuh asupan nutrisi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan pangan untuk mempertahan kan hidup
1.2 Rumusan masalah
1. Menjelaskan bagaimana gambaran umum (perkembangan) dalam nutrisi seimbang dewasa?
2. Menjelaskan Masalah gizi yang mungkin timbul pada orang dewasa?
3. Menjelaskan Kebutuhan nutrisi apa yang dibutuhkan oleh orang dewasa?
4. Menjelaskan Nutrisi spesifik apa sajakah yang perlu diberikan oleh orang dewasa dan bagaimana fungsinya?
5. Menjelaskan contoh menu seimbang bagi orang dewasa?
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui nutrisi seimbang yang diperlukan bagi orang dewasa .
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui gambaran umum perkembangan nutrisi seimbang bagi orang dewasa
2. Untuk mengetahui masalah gizi yang mungkin timbul pada orang dewasa .
3. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh orang dewasa .
4. Untuk mengetahui pemberian nutrisi spesifik yang perlu diberikan oleh orang dewasa beserta fungsinya .
5. Untuk contoh menu seimbang dalam sehari .
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai nutrisi seimbang yang diperlukan bagi orang dewasa.
2. Bagi instansi
Menambah literature yang berguna dalam peningkatan proses belajar mengajar serta meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan .
3. Bagi tenaga medis
Menambah kepekaan dalam pemberian informasi yang diperlukan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan terutama mengenai nutrisi yang seimbang .
4. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai kebutuhan nutrisi yang harus dicukupi untuk kesehatannya, khususnya pada orang dewasa dan generasi berikutnya .
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 gambaran umum gizi seimbang untuk dewasa
2.1.1 perkembangan
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Dewasa
• kemampuan untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi
• pekerjaan
2.1.3 Kebutuhan Gizi Seimbang
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faal tubuh.
2.2 Masalah Gizi yang mungkin timbul pada Dewasa.
Malnutrisi
DEFINISI Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.
Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan:
1. Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
2. Perubahan kadar enzim
3. Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
4. Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.
Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi :
• Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
1. beri-beri
2. kegemukan (obesitas)
3. makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung koroner
4. makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
5. marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh.
Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI.
Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh.
Hampir selalu disertai terjadinya infeksi.
2.3 Kebutuhan Nutrisi
Berikut ini adalah nilai kecukupan energi dan kecukupan protein seseorang perhari rata-rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering melakukan aktivitas berat seperti olahraga berat, kuli bangunan, menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain sebagainya perlu ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup.
• energi
1. Kelompok Usia 19 s/d 29 Tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
- Kecukupan Energi : 2550 kkal
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
- Kecukupan Energi : 1900 kkal
2. 10. Kelompok Usia 30 s/d 49 Tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
- Kecukupan Energi : 2350 kkal
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
- Kecukupan Energi : 1800 kkal
• Karbohidrat
mempunyai manfaat lain diantaranya untuk:
1. Menjaga kesehatan tubuh
2. Mempercepat waktu pemulihan (recovery) tubuh
3. Kondisi tubuh yang lebih prima dalam menghadapi aktifias
4. Performa serta kapasitas ketahanan tubuh (endurance) yang baik
Selain untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, konsumsi nutrisi yang baik
memenuhi total kebutuhan energi (kalori) melalui konsumsi makro nutrisi dengan proporsi sbb:
1. 60-70%, melalui konsumsi karbohidrat,
2. Karbohidrat : 5-7 gram per kg berat badan
• Protein
Bahan makanan sebagai submer protein kualitas tiggi adalah ikan dan seafood , unggas , daging sapi ,daging domba , daging babi, hati , dan telur. Sumber lain adalah semua jenis kacang-kacangan daran serealia .susu dan produk olahan nya seperti keju dan yogurt yang juga kaya protein.

• Lemak
Dapat ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan dalam bentuk organic yang disebut lipid. Lipid penting bagi penyimpanan energi yang tinggi, meningkatkan kalori karbohidrat dan menyediakan bantalan serta penyekatan. Lemak mengandung asam lemak bebas bisa jenuh atau tidak jenuh, tergantung dari stuktur kimianya. Lemak jenuh lebih padat dari pada yang tidak jenuh.
Lemak jenuh contohnya: kolesterol. Dibuat di hati dan diperlukan dalam produksi garam empedu dan hormone-hormon, namun tubuh membutuhkannya hanya dlam jumlah sedikit. Makanan yang berlemak jenuh tinggi antara lain: daging merah, hasil peternakan yang berlemak serta telur dan juga banyak ditemukan dalam makanan olahan/kalengan. Harus diimbangi dengan makanan berserat karena serat mengikat kolesterol dan menyingkirkannya dari darah.
Lemak tidak jenuh terbagi menjadi : Majemuk (Polyunsaturated) dan Tunggal (Monounsaturated). Inilah lemak yang dapat membantu meningkatkan kesehatan. Bentuk majemuknya termasuk grup ‘asam lemak essensial’ yang hanya dapat diperoleh dari makanan seperti minyak ikan dan minyak sayur,
• Vitamin
Vitamin & mineral berfungsi untuk membuat tubuh bekerja dengan baik. Sebenarnya vitamin & mineral sudah terdapat di dalam bahan makanan sehari-hari. Tetapi terkadang karena gaya hidup, diet, ataupun hal lain yang menyebabkan kita tidak seimbang dalam mengkonsumsi makanan membuat kebutuhan vitamin & mineral yang dibutuhkan tubuh menjadi tidak terpenuhi.
Jenis Vitamin
Nama Vitamin A
Fungsi Mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan & perkembangan sel serta menjaga kesehatan kulit.
Sumber Banyak terdapat di sayuran & buah yang berwarna oranye seperti wortel, ubi, labu, apricot, peach, jeruk, pepaya & mangga. Terdapat juga didalam susu, telur & hati. Untuk makanan biasanya terdapat dalam makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya)

Nama Vitamin C
Fungsi Dibutuhkan untuk pembentukan kolagen, yaitu jaringan tissue yang menahan sel. Juga penting untuk pertumbuhan tulang, gigi & gusi serta pembuluh darah. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi & kalsium, membantu dalam proses penyembuhan luka & meningkatkan fungsi otak.
Sumber Vitamin C dalam jumlah banyak dapat ditemukan di buah berry, kiwi, tomat, paprika hijau, brokoli, bayam, serta dalam jus buah jambu biji, anggur & jeruk.

Nama Vitamin D
Fungsi Diperlukan untuk memperkuat tulang karena vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh.
Sumber Vitamin D merupakan vitamin yang unik karena dapat diproduksi sendiri oleh tubuh saat terkena sinar matahari. Sumber lain yang terdapat vitamin D adalah kuning telur, minyak ikan & susu yang sudah difortifikasi.

Nama Vitamin E
Fungsi Vitamin E merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel darah merah.
Sumber Vitamin E dapat ditemukan dalam berbagai makanan, seperti minyak nabati, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, alpukat & gandum.

Nama Vitamin B1 (biasa disebut juga dengan thiamin)
Fungsi Vitamin B1 dibutuhkan tubuh untuk merubah karbohidrat menjadi energy, diperlukan juga oleh jantung, otot & sistem syaraf supaya dapat berfungsi dengan baik.
Sumber Sumber vitamin B1 terdiri dari daging, ikan, kacang-kacangan, makanan yang terbuat dari kedelai & gandum. Vitamin B1 juga dapat ditemukan dalam makanan yang sudah di fortifikasi seperti roti, pasta & cereal.

Nama Vitamin B2 (biasa disebut juga dengan riboflavin)
Fungsi Sama seperti vitamin B1, maka vitamin B2 juga berfungsi untuk merubah karbohidrat menjadi energi. Selain itu vitamin B2 juga bermanfaat dalam proses pembentukan sel darah merah & kesehatan mata.
Sumber Sumber terbaik untuk mendapatkan vitamin B2 adalah daging, telur, kacang polong & lentils, kacang-kacangan, produk olahan susu, sayuran berdaun hijau, brokoli, asparagus. Sumber lainnya adalah makanan yang sudah difortifikasi.

Nama Vitamin B3 (niacin)
Fungsi Membantu mengubah makanan menjadi energiy, menjaga kesehatan kulit & fungsi syaraf.
Sumber Terdapat dalam daging merah, unggas, ikan, kacang serta makanan yang sudah difortifikasi.

Nama Vitamin B6
Fungsi Berperan untuk menjalankan fungsi normal otak & syaraf. Bermanfaat juga untuk memecah protein & pembuatan sel darah merah.
Sumber Banyak terdapat pada kentang, pisang, buncis, kacang-kacangan & biji-bijian, daging merah, ikan, telur, bayam & makanan yang sudah difortifikasi.

Nama vitamin B9 (biasa disebut dengan asam folat)
Fungsi Membantu proses pembentukan sel darah merah & DNA.
Sumber Sayuran kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, asparagus, berbagai macam jenis jeruk & unggas. Sumber lain adalah makanan yang sudah difortifikasi seperti roti, mie & cereal.

Nama Vitamin B12
Fungsi Berperan dalam proses pembentukan sel darah merah & menjaga fungsi syaraf.
Sumber Terdapat pada ikan, daging merah, unggas, susu, keju & telur. Terdapat juga dalam makanan yang sudah difortifika.


Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.


2.4 Nutrisi spesifik yang perlu diberikan dan fungsinya
Kalsium berfunsi sebagai berikut
• Sebagai pembantu reproduksi.akibat cukupnya ion kalsium pada sperma dan pada indung telur
• Energi,menggerakkan otak,otot(menggerakkan tangan dan kaki)
• Memperbuat antibody dalam tubuh untuk menengkap antigen(kunman,bakteri,dan virus)
Kebutuhan kalsium setiap hari adalah 1000 mg/hari kalsium
kekurangan kalsium dapat memicu berbagai penyakit kalsium banyak dibutuhkan setiap harinya karena terbuang pada saat haid,jika di dalam darah kekurangan darah 1% maka darah akan mengental ,maka otak memerintahkan mengambil kalsium dari tulang untuk darah sehingga darah tetap stabil.proses ini berlangsung bertahun-tahun akibatnya terjadi osteoporosis pada tulang
tulang juga membutuhkan kalsium yang diambil terus oleh darah untuk menjaga kestabilan 99% padahal darahkita sudah penuh olah kolesterol akibat pola makan yang kurang bagus,kalsiun yang berasal dari darah telah terkontaminasi dan tidak diterima oleh tulang,hanya menempel dipersendian akibatnya timbul penyakit yang disebut perkapuran,asam urat dan apabila mengeras akan timbul rematik
2.5 Contoh Menu Sehari untuk Dewasa
Seorang pelajar wanita yang berumur 25 tahun dengan tinggi badan= 155, berat badan=45, maka menu makanannya adlah sebagai berikut:
- AMB (menurut Harris Benedict) = 655+(9,6x45)+(1,8x155)-(4,7x25)
=1248.5
- AF=1747.9
- IF=0

MENU PAGI  NASI goreng (175 Gram) + minyak ( 5 gram )
Tempe ( 50 Gram ) + ( 2 gram minyak )
Ayam goreng ( 50 Gram ) + ( 3 gram minyak )
Pecel ( 100 gram )
Apel ( 200 gram )
Air putih
Total  575 kkal
Snack pagi  pastel basah ( 165 gram )
MENU SIANG NASI kuning ( 150 Gram )
Tempe ( 50 Gram ) + 2 gram minyak
Rendang sapi ( 25 gram ) + 5 gram minyak
Tumis sawi putih ( 100gram ) + 3 gram minyak
Jeruk ( 100 gram )
Jus ( 10 gram gula )
Snack siang  keripik kentang ( 165 gram )
Total  435 kkal
MENU MAKAN MALAM  Nasi putih ( 75 Gram )
Tempe ( 50 Gram ) + 2 gram
Ayam kecap ( 25 Gram ) + 2 gram minyak
Cap jay ( 100 gram ) + 1 gram minyak
Melon ( 100 gram )
Tea ( 10 gram gula )
Total  360 kkal
Total keseluruhan (menu makanan sehari )  1700 kkal
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
dari pembahasan tentang konsep dasar gizi untuk orang dewasa dapat disimpulkan bahwa manusia dewasa membutuh kan banyak sekali asupan gizi yang seimbang. Jika tersebut dapat terpenuhi makan akan membantu orang tersebut dalam menjalan kan hidup sehat dan terjauh kan dari penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
3.2 kritik dan saran
Kami merasa peda makalah kami banyak kekurangan , karena kurangnya referensi dan pengetahuan pasa saat pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kamu buat untuk menambah pengetahuan dan informasi yang benar guna mendapat kan apresiasi yang isa digunakan untuk perbaikan demi kepentingan bersama,sekian dan terima kasih.

Daftar pustaka
... 2010 . diakses dari www.google.com / perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil . indonesia
... 2010 . diakses dari www.wikipedia.com perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil . indonesia 

Kekurangan Asam Folat menyebabkan cacat pada bayi


Kekurangan Asam Folat pada ibu hamil, berdasarkan penelitian, bisa menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami kecacatan pada otak dan sumsum tulang belakang.
Menurut dr. Noroyono Wibowo SpOG, kepala subbagian Fetomaternal Departemen Obestetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam Semiloka Manfaat Asam Folat yang diselenggarakan di Jakarta beberapa waktu lalu, Asam Folat merupakan Enzim yang memproduksi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid).
Asam Folat juga penting dalam membantu pembelahan sel. Asal Folat juga bisa mencegah Anemia dan menurunkan resiko terjadinya NTD (Neural Tube Effects) dan sebagai antidepresan.
Sering kali para ibu tidak menyadari dirinya kekurangan Asam Folat karena sebagian besar kehamilan terjadi tanpa direncanakan. “Kebanyakan Pasutri (Pasangan Suami Istri) tidak pernah merencanakan kehamilan, tahu-tahu ibu langsung hamil setelah telat datang bulan. Mereka baru datang ke dokter setelah positif hamil beberapa minggu”.
Karena itu, ibu sering tidak membekali diri dengan gizi yang mencukupi ketika sebelum dan sesudah melahirkan. “Kalau kehamilan direncanakan, maka ia akan mempersiapkan gizi yang baik sebelum hamil karena kebutuhan Asam Folat harus disiapkan sejak sebelum kehamilan”.
Di Indonesia sendiri belum ada data pasti berapa prevalensi adanya penyakit kelainan sumsum tulang belakang. “Jumlah angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi. Kematian bayi ini masih belum diidentifikasikan penyebabnya karena belum adanya data. Salah satu penyebab kematian adalah kekurangan Asam Folat”, ujar Bowo.
Kekurangan Asam Folat menyebabkan bayi lahir dengan Bibir Sumbing, Bayi lahir dengan berat badan rendah, Down’s Syndrome, dan Keguguran. “Bayi mengalami kelainan pembuluh darah, rusaknya endotel pipa yang melapisi pembuluh darah, menyebabkan lepasnya plasenta sebelum waktunya”.
Kelainan lainnya adalah bayi mengalami gangguan buang air besar dan kecil, anak tidak bisa berjalan tegak dan emosi tinggi. Pada anak perempuan, saat dewasa tidak mengalami menstruasi. Pada ibu hamil, kekurang Asam Folat menyebabkan meningkatnya resiko Anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu dan pucat.
Sumber makanan yang mengandung Asam Folat dalah Hati Sapi (liver), brokoli, jeruk, bayam, dan sebagainya. “Roti dan Susu juga mengandung Asam Folat tinggi karena kini susu dan tepung terigu telah difortifikasi mengandung Asam Folat”, jelas dr. Tim Green PhD dan Department of Human Nutrition University of Otago New Zealand. Hanya saja, hati sapi mengandung vitamin A cukup tinggi yang tidak dianjurkan diberikan kepada ibu hamil karena dapat menyebabkan gangguan kahamilan, oleh sebab itu digantikan oleh Susu.
Kebutuhan Asam Folat untuk ibu hamil dan usia subur sebanyak 400 mikrogram/hari atau sama dengan 2 (dua) Gelas Susu. “Mengkonsumsi Asam Folat tidak hanya ketika hamil, tetapi sebelum hamil juga sangat dianjurkan. Banyak negara telah melakukan kebijakan dalam pengurangan NTD dengan memwajibkan ibu mengkonsumsi Asam Folat”. [ibuhamil.com]
sumber: Media Indonesia 4 Februari 2005