PROSES LAKTASI DAN
MENYUSUI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus
yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara
ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos
yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
B. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
Peranan awal bidan dalam
mendukung pemberian ASI adalah :
1.
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
2.
Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat
memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
1.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
2.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6.
Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7.
Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Membiarkan bayi bersama ibunya
segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi
menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung
dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Mengajarkan cara merawat
payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran
ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum
menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan
sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali
dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun
sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu
pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya
setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu,
maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan
memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin
yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak
terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
C. MANFAAT PEMBERIAN ASI
Untuk Bayi
1. Pemberian ASI
merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur
kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat
gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya.
2. Pada umur 6 sampai 12
bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%
kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
3. Setelah umur 1 tahun,
meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian
ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.
4. ASI disesuaikan secara
unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi
5. Komposisi ASI ideal
untuk bayi
6. Bayi ASI memiliki
kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular
penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi
sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI
7. Bayi ASI lebih bisa
menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak
berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan,
asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
8. ASI selalu siap sedia
setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu
yang pas
9. Dengan adanya kontak
mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak.
Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi
si anak di masa depan.
10. Apabila bayi sakit,
ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna.
Bayi akan lebih cepat sembuh.
11. Bayi prematur lebih
cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi
sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan
dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
12. Menyusui bukanlah
sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si
bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman
pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang
tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia
yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
Ibu
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi
ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3. dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot, dsb
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah
tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas, dsb
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu
kaleng dan perlengkapannya.
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula
belum tentu steril
8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang
menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional
9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya
di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan
akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi
dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk
membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu
atau peralatan.
2. Bayi sehat berarti
keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan
berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3. Menghemat waktu
keluarga bila bayi lebih sehat.
4. Memberikan ASI pada
bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap
tersedia.
5. Lebih praktis saat
akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.
Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa
negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain untuk
persiapannya.
2. Bayi sehat membuat
negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan
pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih sedikit.
4. Memperbaiki
kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5. Melindungi lingkungan
karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu
dan peralatannya.
6. ASI adalah sumber daya
yang terus menerus diproduksi dan baru.
D. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI
Komposisi ASI terdiri atas berbagai macam faktor
proteksi, yaitu :
1. Imunoglobulin : seperti lgA, lgM, lgD dan lgE.
2. Lisozim : Terdapat dalam ASI sebanyak 6 – 300 ml/1.000 ml
dan kadarnya bisa meningkat hingga 3.000 – 5.000 kal lebih banyak dibandingkan
kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim ini mempunyai fungsi bakteriostatik
terhadap enterobakteria dan kuman gram (-), juga berperan sebagai pelindung
terhadap berbagai macam virus.
3. Laktoperiodase : enzim ini bersama dengan perokdase
hidrogen dan tiosianat membantu membunuh streptococcus.
4. Faktor bifidus : merupakan karbohidrat yang mengandung
nitrogen. Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih tinggi dibanding
dengan konsentrasi yang ada di susu sapi. Fungsi faktor ini untuk mencegah
pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti kuman E.coli patogen.
5. Faktor anti stafilokokus : merupakan asam lemak dan
melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus.
6. Laktdarierin dan transferin : protein-protein ini memiliki
kapasitas mengikat Fe / zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat
besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan.
7. Komponen komplemen : sistem komplemen terdiri dari 11
protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain dan dapat diaktifkan oleh
berbagai zat seperti antibodi, produksi kuman dan enzim. Komplemen C3 dan C4
terdapat dalam ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 lebih tinggi hingga
dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.
8. Sel makrdariag dan netrdariil dapat melakukan fagositosis
itu terhadap Stafilokokus, E.coli dan
Candida albicans.
9. Lipase : merupakan zat antivirus.
Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml
ZAT-ZAT GIZI
|
KOLOSTRUM
|
ASI
|
SUSU SAPI
|
|
Energi
|
(K.kal)
|
58.0
|
70.0
|
65.0
|
Protein
|
(g)
|
2.3
|
0.9
|
3.4
|
-Kasein/Whay
|
1:1.5
|
1:0.2
|
||
-Kasein
|
(mg)
|
140.0
|
187.0
|
-
|
-Laktalbumin
|
(mg)
|
218.0
|
161.0
|
-
|
-Laktdarierin
|
(mg)
|
330.0
|
167.0
|
-
|
-Lg
A
|
(mg)
|
364.0
|
142.0
|
-
|
-Laktosa
|
(g)
|
5.3
|
7.3
|
4.8
|
-Lemak
|
(g)
|
2.9
|
4.2
|
3.9
|
Vitamin
|
||||
-Vitamin
A
|
(µg)
|
151.0
|
75.0
|
41.0
|
-Vitamin
B1
|
(µg)
|
1.9
|
14.0
|
43.0
|
-Vitamin
B2
|
(µg)
|
30.0
|
40.0
|
145.0
|
-Asam
Nikotinik
|
(µg)
|
75.0
|
160.0
|
82.0
|
-Vitamin
B6
|
(µg)
|
-
|
12.0-15.0
|
64.0
|
-Asam
Pantotenik
|
(µg)
|
183.0
|
246.0
|
340.0
|
-Biotin
|
(µg)
|
0.06
|
0.6
|
2.8
|
-Asam
Folat
|
(µg)
|
0.05
|
0.1
|
0.13
|
-Vitamin
B12
|
(mg)
|
0.05
|
0.1
|
0.6
|
-Vitamin
C
|
(mg)
|
5.9
|
5.0
|
1.1
|
-Vitamin
D
|
(µg)
|
-
|
0.04
|
0.02
|
-Vitamin
E
|
(µg)
|
1.5
|
0.25
|
0.07
|
-Vitamin
K
|
(µg)
|
-
|
1.5
|
6.0
|
Mineral
|
||||
-Kalsium
|
(mg)
|
39.0
|
35.0
|
130.0
|
-Klorin
|
(mg)
|
85.0
|
40.0
|
108.0
|
-Tembaga
|
(mg)
|
40.0
|
40.0
|
14.0
|
-Zat
Besi (Fe)
|
(mg)
|
70.0
|
100.0
|
70.0
|
-Magnesium
|
(mg)
|
4.0
|
4.0
|
12.0
|
-Fosfor
|
(mg)
|
14.0
|
15.0
|
120.0
|
-Potassium
|
(mg)
|
74.0
|
57.0
|
145.0
|
-Sodium
|
(mg)
|
48.0
|
15.0
|
58.0
|
-Sulfur
|
(mg)
|
22.0
|
14.0
|
30.0
|
Sumber : Food and Nutrition Board, National Research
Council Washington DC, 1980
E. UPAYA MEMPERBANYAK ASI
1.
Pemberian ASI segera setelah lahir
2.
Tekhnik menyusui yang benar
3.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
4.
hindari susu botol
Produksi ASI
Tanpa melihat
apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah dada ibu telah
dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon-hormon yang disekresi selama kehamilan.
Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami perubahan-perubahan
guna mempersiapkan produksi ASI. Agar ASI dapat
dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh glandula
pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan
jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian
mendorong ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan “let down” reflex.
Berdasarkan waktu diproduksinya, ASI dibagi menjadi 3,
yaitu :
1.
Kolostrum
a.
Disekresi oleh
kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa
laktasi.
b.
Komposisi kolostrum
dari hari ke hari berubah.
c.
Merupakan cairan
kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan
ASI matur.
d.
Merupakan suatu
laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
2.
Air susu masa peralihan (masa transisi)
a.
Merupakan ASI
peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
b.
Disekresi dari hari
ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu
ke-5.
3.
Air susu matur
a.
ASI yang disekresi
pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan,
tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke-5 barulah komposisi
ASI konstan.
b.
Merupakan makanan yang
dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI
merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
Volume Produksi
ASI
Volume ASI yang
dikeluarkan berkisar antara 0,5 – 1,5 liter/hari, terutama bergantung pada
kebutuhan bayi, pola pemberian ASI dan status gizi. Komposisi ASI tidak
tergantung pada status gizi ibu, kecuali status gizi ibu malnutrisi berat.
Bahkan menyusui hingga 2 tahun pun, kualitas ASI masih dipertahankan meskipun
jumlahnya menjadi sangat kurang.
F. TANDA BAYI CUKUP ASI
Untuk mengetahui bayi memperoleh ASI yang
cukup dari ibunya, dapat diketahui dari:
a.
Bayi banyak ngompol, sampai
6 kali atau lebih dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda
b.
Bayi sering buang air
besar berwarna kekuningan “berbiji”
c.
Setiap menyusui, bayi
menyusu dengan rakus, lalu melemah dan tidur
d.
Payudara ibu terasa lunak
setiap kali selesai menyusui
e. Bayi bertambah berat badannya
G.
ASI
EKSKLUSIF
ASI ekslusif
ASI
ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur
6 bulan tanpa pemberian makanan lain. (Purwanti, 2003 : 5). ASI ekslusif adalah
Memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi
sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.( Depkes,
2002)
Jumlah
komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI
diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada
kenyataannya, 60 % bayi belum berumur 4 bulan sudah mendapat tambahan susu
sapi. Bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur. Jaringan
pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga
sehingga memungknkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam
sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akantertutup
rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur
6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
H. CARA MERAWAT PAYUDARA
Perawatan Payudara
pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk menjaga
kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2.
Untuk mengenyalkan
puting susu, supaya tidak mudah lecet
3.
Untuk menonjolkan
puting susu
4.
Menjaga bentuk buah
dada tetap baik.
5.
Untuk mencegah
terjadinya penyumbatan
6.
Untuk memperbanyak
produksi ASI
7.
Untuk mengetahui
adanya kelainan
8. Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai
sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2
kali sehari.
Pelaksanaan
Perawatan Payudara
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan,
yaitu:
1. Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian
bersihkan dengan kapas minyak tadi.
2. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk
diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
3. Penonjolan puting susu yaitu :
a. Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
c. Memakai pompa puting susu
4. Pengurutan payudara
a. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
b. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30
kali
c. Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan
colostrums.
d. Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.
I. TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Posisi dan pelekatan menyusui
Ada
berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan
dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan
disamping kepala ibu dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dengan cara
seperti memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh) bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan
tersedak.
Langkah-langkah Menyusui yang benar:
1. Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting
susu.
2. Bayi diletakkan menghadap
perut ibu/payudara
a. Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan
d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lusrus
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan untuk
membuka mulut (rooting reflex) dengan cara ;
-
Menyentuh pipi dengan puting susu
- Menyentuh sisi mulut
bayi
5. Setelah bayi membuka mulut
dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan kemulut bayi
-
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi sehingga
puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
-
Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga
bayi
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui
pad satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara
yang lain. cara melepas isapan bayi :
-
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
-
Dagu bayi ditekan kebawah
7. Menyusui berikutnya mulai dari
payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terkahir)
8. Setelah selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya.
Biarkan kering dengan sendirinya.
9. Menyendawakan bayi adalah
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
-
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
-
Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemuadian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan
teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar,
perhatikan :
-
Bayi tampak tenang
-
Badan bayi menempel pada perut ibu
-
Mulut bayi terbuka lebar
-
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
-
Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih
banyak yang masuk
-
Bayi nampak mengisap kuat dengan irama perlahan
-
Puting susu ibu tidak terasa nyeri
-
Telinga dan lengan bayi terletak
pada satu garis lurus
-
Kepala agak menengadah
Pengisapan yang buruk dapat
mengakibatkan :
- Puting susu menjadi luka dan
sakit
- Air susu tidak mencukupi
- Bayi menolak untuk menyusui
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi
disusui nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.
Ibu harus menyusui bayinya bila bayinya menangis bukan karena sebab lain
(kencing, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang
dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
diluar rumah dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI.
Untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus
dengan kedua payudara. Pesankan pada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara
terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan
Selama menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH)
yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
J. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Masalah yang timbul selama menyusui
dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa
pascapersalinan dini (masa nifas / laktasi), dan masa pascapersalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan khusus. Dalam tulisan
ini akan diuraikan masalah menyusui yang dibagi menurut kelompok tersebut.
1. Masalah menyusui pada masa
antenatal
a.
Putting susu datar atau terbenam.
Untuk mengetahui apakah putting susu
datar, cubitlah areola di sisi putting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Putting susu yang normal akan menonjol, namun putting susu yang datar tidak
menonjol. Tidak selalu ibu dengan putting susu datar mengalami kesulitan besar
waktu menyusui. Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa memberikan ASI
kepada bayinya.
Bila dijumpai
putting susu datar, dilakukan :
-
usahakan putting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan (gerakan Hoffman), atau dengan menggunakan
pompa putting susu.
-
jika tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui dengan
sedikit penekanan pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk
"dot" ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi. Bila
terlalu penuh, ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir. Dengan demikian, diharapkan putting susu akan sedikit demi sedikit
keluar dan lentur. Bila terjadi putting susu terbenam, putting akan tampak
masuk ke dalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan
karena ada sesuatu yang menarik putting susu ke arah dalam, misalnya tumor atau
penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini,
paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya.
Bila dijumpai putting susu
terbenam, diusahakan dengan cara :
-
lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau
ibu jari di daerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang
berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang memuaskan).
-
dapat menggunakan pompa putting susu atau jarum suntik 10 ml yang telah
dimodifikasi, setiap hari, untuk mencoba menghisap supaya putting susu menonjol
keluar. Namun harus dihindari rasa bosan atau lelah sewaktu mencoba
mengeluarkan putting, karena rasa bosan dan marah justru akan menyebabkan
produksi ASI berkurang. Karena itu harus dipertimbangkan benar, berapa lama ibu
mencoba dengan cara seperti ini.
b.
Putting susu tidak lentur.
Putting susu yang tidak lentur
akan menyulitkan bayi untuk menyusu. Meskipun demikian, putting susu yang tidak
lentur pada awal kehamilan seringkali akan menjadi lentur (normal) pada saat
menjelang atau saat persalinan, sehingga tidak memerlukan tindakan khusus.
Namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi putting susu
yang terbenam.
2. Masalah menyusui pada masa
pascapersalinan dini
1.
Putting susu lecet.
Putting susu lecet dapat
disebabkan trauma pada putting susu, selain itu dapat juga terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu bisa sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam. Bila dijumpai lecet atau jenis trauma lain pada putting susu,
dikerjakan :
-
kalau rasa nyeri dan luka lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus
menyusui bayi.
-
putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan sendirinya, jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
-
apabila terdapat rasa nyeri hebat, atau luka makin berat, putting susu yang
sakit diistirahatkan sampai memungkinkan untuk kembali menyusui bayi pada
putting susu yang sakit tersebut. Biasanya masa istirahat ini tidak lama,
sekitar 24 jam.
-
selama putting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI dikeluarkan oleh
ibu dengan tangan. Sebaiknya jangan menggunakan pompa, karena menambah rasa
nyeri dan membuat luka bertambah parah. Untuk menghindari terjadinya putting
susu nyeri atau lecet, perhatikan beberapa hal di bawah ini :
-
setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui, putting susu diolesi
dengan ASI.
-
jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim, dan
obat-obatan yang dapat merangsang kulit / putting susu.
-
lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu
bayi atau memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.
2.
Payudara bengkak
Kadang-kadang payudara terasa
membengkak atau penuh. Hal ini terjadi karena edema ringan oleh hambatan vena
atau saluran limfe akibat ASI yang menumpuk di dalam payudara. Kejadian seperti
ini jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan kemauan bayi.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan payudara bengkak adalah : bayi tidak
menyusu dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui
tidak benar, serta terdapat putting susu yang datar atau terbenam.
Jika terdapat
hal-hal seperti ini, dapat dilakukan :
a. bayi disusui, sehingga
mengurangi rasa membengkak.
b. setiap kali menyusui payudara
harus sampai kosong.
c. gunakan BH yang dapat menopang
dengan nyaman.
d. kompres dingin dapat
mengurangi rasa tidak enak.
e. rasa nyeri dapat juga
dikurangi dengan obat analgesik.
f. ASI dapat diperas sedikit
dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus lebih sering.
g. beritahu ibu bahwa dalam waktu
1-2 hari keluhan akan reda.
3.
Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructed duct) adalah keadaan di mana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu / duktus laktiferus yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya tekanan jari pada payudara waktu
menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak yang
berlanjut yang menyebabkan terjadinya sumbatan. Pada ibu yang kurus, sumbatan
ini tampak sebagai benjolan yang teraba lunak.
Sumbatan saluran susu dapat
dicegah dengan cara melakukan :
-
perawatan payudara
pasca persalinan secara teratur.
-
memakai BH yang menopang
dan tidak terlalu ketat.
-
mengeluarkan ASI
dengan tangan atau pompa bila setelah
menyusui payudara masih terasa penuh. Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres
dengan air hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui supaya bayi
lebih mudah mengisap putting susu, dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan. Sumbatan saluran susu dapat berlanjut
menjadi mastitis, karena itu perlu dirawat dengan baik.
4.
Mastitis dan abses payudara
Mastitis adalah
peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan
panas. Temperatur badan ibu meninggi, kadang disertai menggigil. Kejadian ini
biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan
saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak
sakit lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak lagi
sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).
Cara mengatasi
mastitis :
-
dokter memberikan pengobatan antibiotika dan simptomatik terhadap nyeri
-
kompres hangat
-
Ibu cukup istirahat dan banyak minum
-
sebelum terbentuk abses, menyusui harus terus diteruskan, dimulai dari
bagian yang sakit. Jika sudah terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, mungkin perlu juga tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus
tetap digunakan menyusui, dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin.
Tindakan yang
harus segera dilakukan pada abses payudara adalah :
-
merujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus
-
pemberian antibiotik dosis tinggi serta simptomati analgesik/antipiretik
-
Ibu harus cukup beristirahat
-
bayi dihentikan menyusu pada payudara yang sakit, sementara pada payudara
yang sehat diteruskan.
3.Masalah menyusui pada masa
pascapersalinan lanjut
a.
Sindrom ASI kurang.
Sindrom ASI kurang
adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan
yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, misalnya :
-
payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu
untuk memproduksi ASI. Ukuran payudara berhubungan dengan beberapa faktor,
misalnya faktor hormonal (estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor
keturunan. Hormon estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu dan
penimbunan lemak, sedangkan hormon progesteron memacu pertumbuhan kelenjar
susu. Masukan makanan yang berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai
lemak, sehingga payudara akan bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan
energi, misalnya karena penyakit, akan menyebabkan berkurangnya timbunan lemak
termasuk di payudara, sehingga ukuran payudara berkurang. Seberapapun ukuran
payudara seorang wanita, tetap dianggap normal, kecuali jika ada kelainan
tertentu misalnya tumor. Ukuran payudara ideal sangat dipengaruhi faktor
lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.
-
ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer, disangka telah
berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.
-
Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh / merembes lagi, padahal
ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan bayi.
-
Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi menangis bisa
karena berbagai penyebab.
-
Bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI memang lebih mudah
dicerna, juga bayi memang memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh kembang, dan
yang penting : masalah menyusui bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena
bayi juga memerlukan belaian, kehangatan dan kasih sayang.
-
Bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang penting, karena bayi
memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari, selain itu menyusui pada malam hari
akan memperbanyak produksi ASI dan mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.
-
Bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini karena bayi
telah lebih terbiasa menyusu.
Jika ada
keluhan-keluhan semacam ini, cobalah mengadakan evaluasi dan pendekatan
psikologis seperti tersebut di atas, serta coba dievaluasi juga hal-hal berikut
:
1)
ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI,
2)
kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan dokter,
3)
jangan menggunakan alat bantu putting susu, karena akan membingungkan dan
melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
4)
teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan
memperbanyak produksi ASI,
5)
cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit,
kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena saat awal bayi
lebh kuat menyusu,
6)
menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara
berganti-ganti,
7)
jangan memberikan susu buatan, karena akan membingungkan bayi,
8)
ibu harus banyak beristirahat,
9)
ibu harus lebih banyak minum,
10) perhatikan kecukupan gizi
makanan,
11) Ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress, karena ketegangan dan
kecemasan akan mengurangi produksi ASI,
12) Ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.
b.
Bingung putting
Bingung putting ("nipple confusion") adalah
suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol
berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi karena proses menyusu
pada putting ibu berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada putting
memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah, sebaliknya
menyusu pada botol akan membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah
berlubang di ujungnya.
Tanda-tanda bayi bingung putting adalah :
-
bayi mengisap putting seperti mengisap dot, lemah, terputus-putus, sebentar
-
atau dapat juga bayi menolak menyusu Karena itu, untuk menghindari bayi
bingung putting, perlu dilakukan :
-
jangan menggunakan susu formula tanpa indikasi yang sangat kuat.
-
kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan sendok atau pipet, jangan sekali-kali menggunakan botol atau
kempengan.
c.
Bayi sering menangis
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan dunia di
sekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis, perlu dicari sebabnya, yaitu
dengan:
-
perhatikan, mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum berjalan
dengan baik, atau karena sebab lain, seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin
digendong atau disayang ibu
-
keadaan-keadaan itu merupakan hal yang biasa, ibu tidak perlu cemas, karena
kecemasan ibu dapat mengganggu proses laktasi karena produksi ASI berkurang.
-
cobalah mengatasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti
karena basah, coba mengganti posisi bayi menjadi tengkurap, atau bayi digendong
dan dibelai.
-
mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar waktu
menyusu, akibatnya ASI tidak keluar dengan baik.
-
Bayi menangis mempunyai maksud menarik orang lain (terutama ibunya) karena
sesuatu hal : lapar, ingin digendong dan sebagainya. Oleh sebab itu jangan
membiarkan bayi menangis terlalu lama. Bayi akan menjadi lelah, menyusu tidak
sempurna, dan jika ibu cemas atau kesal, produksi ASI juga akan terganggu. Jika
bayi menangis, ibu harus segera memeriksa keadaan bayi. Secara psikologis ini
penting, karena bayi akan mempunyai kesan bahwa ibunya memperhatikannya.
d. Bayi tidak cukup kenaikan
berat badannya
ASI adalah makanan
pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6 bulan yang hanya
mendapat ASI saja perlu dipantau berat badannya paling tidak sebulan sekali.
Bila ASI cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik.
Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan Kartu
Menuju Sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak cukup naik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
-
perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusu lama, atau cepat.
-
ibu jangan segera menghentikan memberi ASI hanya karena merasa bayi sudah
cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih mau terus menyusu.
-
setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah menyusukan
kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan perutnya atau gerakkan
kaki atau tangannya, seringkali bayi akan bangun kembali dan menyusu lagi.
-
perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih salah harus
diperbaiki. Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan ke dokter / dokter
spesialis anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.
e.
Ibu bekerja
Sekarang banyak ibu yang bekerja,
sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk ibu yang bekerja, sebagai berikut :
-
sebelum berangkat kerja, susuilah bayi.
-
ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian disimpan di lemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja.
-
selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau dipompa dan disimpan di lemari
pendingin di tempat kerja, atau diantar pulang.
-
beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan bayi
dan anak. Ibu dapat memanfaatkannya untuk kelestarian menyusui.
-
setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam hari.
-
kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada di
rumah dapat dimanfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga
kemungkinan menggunakan susu formula lebih kecil.
-
perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila memungkinkan
-
hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi cukup, untuk
menambah produksi ASI.. Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknya di tempat
penitipan tidak perlu kuatir menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan
penyakit pada anaknya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
tidak semua penyakit ditularkan melalui kontak langsung
-
ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya, apalagi ibu
yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan.
-
seharusnya ibu yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang kebersihan
diri setelah merawat pasien, untuk pencegahan infeksi / penularan.
4. Masalah menyusui pada keadaan
khusus
a.
Ibu melahirkan dengan sectio cesarea
Pada beberapa keadaaan persalinan
diperlukan tindakan sectio cesarea. Persalinan dengan cara ini dapat
menimbulkan masalah menyusui, baik terhadap ibu maupun bayi. Ibu pasca sectio
cesarea dengan anestesia umum tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya,
karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Bila keadaan ibu mulai membaik / sadar,
penyusuan dini dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat.
Bayi pun mengalami akibat yang serupa
dengan ibu apabilatindakan tersebut menggunakan pembiusan umum, karena
pembiusan yang diterima ibu dapat sampai ke bayi melalui plasenta, sehingga
bayi yang masih lemah akibat pembiusan juga akan mendapat tambahan narkose yang
terkandung dalam ASI, sementara ibu masih belum sadar. Jika ibu dan anak sudah
sadar dan keadaan umumnya baik, dapat dilakukan perawatan gabung. Posisi
menyusui yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
-
ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang
ditopang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya ke arah ibu.
-
apabila ibu dapat duduk, bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan
ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.
-
dengan posisi memegang bola ("football position") yaitu ibu
telentang, bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu
memegang kepala bayi.
b.
Ibu
sakit
Pada umumnya ibu sakit bukanlah alasan
untuk menghentikan menyusui, karena bayi telah dihadapkan pada penyakit ibu
sebelum gejala timbul dan dirasakan oleh ibu. Kecuali itu ASI justru akan
melindungi bayi dari penyakit. Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus
bayi dan keperluan rumah tangga, karena ibu juga memerlukan istirahat yang
lebih banyak. Sebaiknya ibu mengatakan
pada dokter yang mengobati penyakitnya, bahwa ibu sedang menyusui, karena
banyak obat yang bisa terkandung dalam ASI dan dapat mempengaruhi bayi.
c.
Bayi kembar
Ibu bayi kembar harus diyakinkan bahwa
ia akan sanggup menyusui bayi-bayinya. Mula-mula ibu dapat menyusui seorang
demi seorang, tetapi sebenarnya ibu dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu
posisi yang mudah untuk menyusui ialah dengan posisi memegang bola
("football position"). Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah
menyusu pada payudara secara berganti-ganti, jangan hanya menetap pada satu
payudara saja. Alasannya ialah, kecuali memberikan variasi kepada bayi, juga
kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda, sehingga harus dicapai
perangsangan putting yang optimal. Meskipun football position merupakan cara
yang baik, ibu sebaiknya mencoba posisi lain secara berganti-ganti. Susuilah
bayi secara lebih sering, selama waktu yang diinginkan masing-masing bayi,
umumnya 15-30 menit setiap kali menyusui. Kalau salah seorang bayi harus
dirawat di rumah sakit, susukanlah bayi yang di rumah pada satu payudara,
kemudian ASI diperas dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu. Ibu sebaiknya mempunyai pembantu, agar tidak
lelah.
d.
Bayi prematur dan bayi berat lahir rendah
Bayi berat lahir rendah dan prematur
mempunyai masalah menyusui karena refleks mengisapnya masih lemah, karena itu
susuilah bayi lebih sering, meski waktu menyusunya tidak lama. Mula-mula
sentuhlah langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih untuk merangsang
mengisap. Jika bayi dirawat di rumah
sakit, seringlah ibu mengunjungi, melihat, mengusap bayi dengan kasih sayang,
jika mungkin susukan juga secara langsung, atau ASI dikeluarkan dengan tangan
atau pompa kemudian diberikan menggunakan sendok atau cangkir.
e.
Bayi sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi
sumbing tidak dapat menyusu tidaklah benar. Bilamana bayi mengalami sumbing
pada palatum molle, bayi dapat menyusu tanpa kesulitan dengan posisi khusus.
Demikian pula bila bayi menderita sumbing pada bibir. Keadaan yang sulit adalah
bila sumbing terjadi pada bibir, langit-langit keras dan lunak (palatum durum
dan palatum molle) sehingga bayi sulit menyusu dengan baik. Ibu harus tetap
mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih mungkin bisa menyusu dengan
kelainan seperti ini. Keuntungan khusus untuk keadaan ini ialah, bahwa menyusu
melatih kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga membantu perkembangan bicara.
Kecuali itu menyusu mengurangi kemungkinan terjadinya otitis media, yang
umumnya mudah terjadi pada bayi dengan palatoskisis.
Posisi menyusui yang dianjurkan pada
bayi sumbing adalah :
-
posisi bayi duduk
-
pegang putting susu dan areola selagi menyusui, untuk membantu bayi
mendapat ASI yang cukup.
-
ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
-
bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit
(labiopalatoskisis), ASI dikeluarkan dengan manual / pompa, kemudian diberikan
dengan sendok / pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat
masuk dengan sempurna.
Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelah ASI, menyesuaikan dengan
irama pernapasannya.
f.
Bayi sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan mendapatkan
makanan per oral dengan indikasi khusus, tetapi pada umumnya bayi masih
diperbolehkan mendapatkan ASI. Dengan demikian, ASI harus tetap diberikan.
Bahkan pada penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI justru penting. Bayi
yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi normal buang air besar 6 kali
sehari, lembek, hal itu bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk
menghentikan ASI karena telah terbukti bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang
mencret, justru memberikan banyak keuntungan. Bayi yang mencret memerlukan
cairan rehidrasi yang cukup, dan mungkin memerlukan tatalaksana khusus sesuai
dengan keadaan anak. Telah dibuktikan, bahwa ASI dapat diterima dengan baik
oleh anak yang muntah dan mencret. ASI mempunyai manfaat untuk anak dengan
diare, karena :
-
ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang.
-
ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna memenuhi kecukupan zat gizi selama
diare yang dengan sendirinya diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan.
-
ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare.
-
ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhan sel selaput lendir
usus yang biasanya rusak akibat diare. Anak menderita diare yang mendapat ASI,
lamanya diare lebih pendek serta lebih ringan dibanding anak yang tidak
mendapat ASI. Kecuali diare, bayi seringkali menderita muntah. Muntah pada bayi
dapat disebabkan berbagai hal. Tatalaksana khusus tergantung pada latar
belakang penyebabnya. Menyusui bukanlah kontraindikasi untuk anak muntah, dan
anak dengan muntah dapat menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi
duduk, sedikit-sedikit tetapi lebih sering. Buat bayi bersendawa seperti
biasanya, tetapi jangan menggoyang-goyang badan bayi, karena dapat merangsang
muntah kembali. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisi
tengkurap atau miring, karena posisi telentang memungkinkan bayi tersedak
akibat muntah yang terjadi.
g.
Bayi
kuning / ikterik
Ikterus adalah manifestasi
hiperbilirubinemia yang bisa dilihat, yaitu pada kulit dan sklera. Pada orang
dewasa ikterus terjadi bila kadar bilirubin serum mencapai 2 mg/dl atau lebih,
sementara pada bayi baru lahir ikterus jarang timbul sebelum kadar bilirubin
serum mencapai 7 mg/dl. Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, yang
berasal dari hemoglobin, mioglobin, sitokrom, katalase dan triptofan pirolase.
Sebagian besar berasal dari hemoglobin dalam eritrosit. Bayi baru lahir
menghasilkan bilirubin kira-kira 8.5 mg/kgBB/hari, kira-kira 2 kali lipat
produksi orang dewasa yang sekitar 3.6 mg/kgBB/hari.
Beberapa faktor penyebab dinyatakan
berhubungan dengan hiperbilirubinemia pada
bayi mendapat ASI yaitu:
-
aktifitas senyawa pregnane-3-a, 20-b-diol yang ditemukan dalam ASI.
-
kadar lipoprotein lipase yang tinggi pada ASI bayi hiperbilirubinemia,
diduga sebagai penghambat aktifitas konjugasi bilirubin.
-
enzim glukoronil transferase diduga menghambat fungsi kandungan asam lemak
rantai panjang non-ester dalam ASI
-
keadaan kekurangan cairan maupun kalori pada bayi mendapat ASI pada
hari-hari pertama setelah lahir diduga sebagai faktor penyebab
hiperbilirubinemia.
-
kandungan enzim b-glukoronidase dalam ASI, diduga memegang peranan dalam
terjadinya hiperbilirubinemia. Enzim ini mengubah bilirubin indirek dalam
intestinum menjadi bilirubin direk untuk diabsorpsi kembali.
0 comments:
Post a Comment